Pages

Senin, 27 Desember 2010

Indonesia Open Grand Prix Gold 2010 Pemain tunggal putri memprihatinkan


Babak pertama kejuaraan bulutangkis Indonesia Grand Prix Gold 2010 mencerminkan peta kekuatan bulutangkis putri Indonesia yang sesungguhnya, terutama di sektor tunggal. Pasukan pelatnas utama dan pratama Cipayung yang menyerbu Samarainda tak berdaya. Tunggal putri Indonesia langsung rontok.
Bulutangkis.com - Babak pertama kejuaraan bulutangkis Indonesia Grand Prix Gold 2010 mencerminkan peta kekuatan bulutangkis putri Indonesia yang sesungguhnya, terutama di sektor tunggal. Pasukan pelatnas utama dan pratama Cipayung yang menyerbu Samarainda tak berdaya. Tunggal putri Indonesia langsung rontok.

Putri-putri Indonesia tak berdaya menghadapi pemain pelapis dari negara lain, terutama pemain pelapis dari negara China. Dan yang lebih memprihatinkan, pemain putri Indonesia kalah bersaing dari negara tetangga macam Singapura, sebuah negara yang gemar menaturalisasi pemain dari negara lain. Negara yang dulu berada di deretan antah berantah, kini menjadi ancaman serius bagi pemain bulutangkis Indonesia.

Pemain pelatnas utama macam Lindaweni Fanetri tak berdaya ketika berhadapan dengan pemain Singapura Gu Juan. Linda yang pernah mencicipi sebagai semifinalis India Grand Prix Gold 2010, �kalah untuk kedua kalinya dari pemain yang sama dengan 21-17, 13-21, 16-21. �Kali pertama pertemuan kedua pemain terjadi pada kejuaraan Chinese Taipei Grand Prix Gold 2010. Saat itu Linda menyerah dua set langsung dengan 21-23, 18-21.

Rizki Amelia Pradipta pun tak mampu berbicara banyak. Rizki sudah harus puas menjadi penonton lebih awal. Zhang Beiwen, pemain dari Singapura menghentikan perlawanannya hanya dengan dua set 13-21, 15-21. Lagi-lagi pemain Singapura menghadang laju pemain Indonesia.

Chen Jiayuan, menjadi pemain yang mampu menghentikan perlawanan pemain senior asal pelatnas Cipayung Maria Kristin Yulianti. Maria yang dulu pernah menjadi momok yang menakutkan bagi pemain putri Cina harus mengubur impiannya untuk bangkit dari keterpurukan prestasinya. Meski berusaha dengan susah payah, Maria tetap kalah dengan rubber game 18-21, 21-12, 17-21.

Pemain muda China juga turut mempermalukan pemain pelatnas putri Indonesia. Tiga pemain putri China yang dikirim ke kejuaraan yang dilangsungkan di Hall Palaran, Samarinda ini menekuk tiga pemain pelatnas. Aprilia Yuswandari, Tieke Aridaningrum serta Hera Desi Ana tak mampu membendung permainan putri-putri China.

Indonesia kini tinggal berharap banyak pada Ardiyanti Firdasari, Maria Febe Kusumastuti atau pemain PB Djarum seperti Maria Elfira Christina. Namun jika pemain-pemain ini lengah, bukan tak mungkin gelar tunggal putri bakal di rebut oleh pemain putri China atau Thailand. Dua pemian China plus pemain Thailand yang berlaga di Indonesia Grand Prix merupakan pemain yang juga dikirim pada kejuaraan Vietnam Open Grand Prix.

Hasilnya pun tak main-main. Rathcanok Intanon yang merupakan juara dunia junior 2010 keluar sebagai juara, Zhou Hui menjadi finalis. Sementara Suo Di merupakan runner up juara dunia junior 2010 dan sedang di matangkan oleh China menjadi perempat finalis dan hanya kalah dari sang juara. (Arief Rachman)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar